KERAJAAN
SAMUDERA PASAI
·
Awal
Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera
Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada
muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera (agak jauh dari laut)
dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk
Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk Islam berkat
pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah.
Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan
Malik al Saleh.
Setelah resmi
menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat
perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala,
Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera
Pasai.
Samudera Pasai
setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
2.Aspek Kehidupan
Politik
Kehidupan politik
yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai dapat dilihat pada masa pemerintahan
raja-raja berikut ini:
·
Sultan
Malik al Saleh
Sultan Malik al
Saleh merupakan raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai. Dalam menjalankan
pemerintahannya, Beliau berhasil menyatukan dua kota besar di Kerajaan Samudera
Pasai, yakni kota Samudera dan kota Pasaidan menjadikan masyarakatnya sebagai
umat Islam. Setelah beliau mangkat pada tahun 1297, jabatan beliau diteruskan
oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Lalu takhta kerajaan dilanjutkan lagi
oleh kedua cucunya yang bernama Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.
·
Malik
al Mahmud dan Malik al Mansur.
Dalam menjalankan
pemerintahannya, Malik al Mahmud dan Malik al Mansur pernah memindahkan ibu
kota kerajaan ke Lhok Seumawe dengan dibantu oleh kedua perdana menterinya.
·
Sultan
Ahmad Perumadal Perumal
Pada masa
pemerintahan Sultan Ahmad Perumadal Perumal inilah, Kerajaan Samudera Pasai
pertama kalinya menjalin hubungan dengan Kerajaan / Kesultanan lain, yakni
Kesultanan Delhi (India).
3.Aspek Kehidupan
Ekonomi dan Sosial
Kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat Samudera Pasai dititikberatkan pada kegiatan perdagangan, pelayaran
dan penyebaran agama. Hal ini dikarenakan, banyaknya pedagang asing yang sering
singgah bahkan menetap di daerah Samudera Pasai, yakni Pelabuhan Malaka. Mereka
yang datang dari berbagai negara seperti Persia, Arab, dan Gujarat kemudian
bergaul dengan penduduk setempat dan menyebarkan agama serta kebudayaannya
masing-masing. Dengan demikian, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Samudera
Pasai bertambah maju, begitupun di bidang perdagangan, pelayaran dan
keagamannya.
Keberadaan agama Islam di Samdera
Pasai sangat dipengaruhi oleh perkembangan di Timur Tengah. Hal itu terbukti
pada saat perubahan aliran Syi’ah menjadi Syafi’i di
Samudera Pasai. Perubahan aliran tersebut ternyata mengikuti perubahan di
Mesir. Pada saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti
Fatimah yang beraliran Syi’ah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.
Aliran Syafi’i dalam
perkembangannya di samudera Pasai menyesuaikan dengan adat istiadat setempat.
Oleh karena itu kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan
adat istiadat setempat.
Kehidupan sosial masyarakat
Samudera Pasai sudah diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum
Islam,Kehidupan sosial masyarakat Samudera Pasai banyak memiliki
persamaan dengan daerah-daerah Arab, sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah
Serambi Mekkah.
4.Kemunduran
Kerajaan Samudera Pasai
Pada waktu Samudera Pasai berkembang,
Majapahit juga sedang mengembangkan politik ekspansi. Majapahit setelah
meyakini adanya hubungan antara Samudera Pasai dan Delhi yang membahayakan
kedudukannya, makapada tahun 1350 M segera menyerang Samudera Pasai. Akibatnya,
Samudera Pasai mengalami kemunduran. Pusat perdagangan Samudera Pasai pindah ke
pulau Bintan dan Aceh Utara (Banda Aceh). Samudera Pasai runtuh ditaklukkan
Aceh
0 komentar:
Posting Komentar